Catatan Terbaru :
Home » » Gundala Gawat pun Pasrah

Gundala Gawat pun Pasrah

بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم

PERJUANGAN untuk menjadi orang baik di Indonesia memang tidak mudah. Superhero sekelas Gundala Putra Petir pun terpaksa menyerah pada keadaan.

Gundala, superhero legendaris rekaan Hasmi–panggilan akrab E Harya Suraminata–kembali muncul. Kali ini tidak melalui komik seperti pada era 1970-an, namun melalui pentas teater bertajuk Gundala Gawat. Tak tanggung-tanggung, lakon Gundala Gawat dipentaskan oleh Teater Gandrik, dengan naskah ditulis oleh Goenawan Mohamad (GM). Kolaborasi Teater Gandrik-GM menjadi menarik, mengingat mereka seolah berdiri di dua kutub berbeda. Para pengamat seni pertunjukan sering menyebut Teater Gandrik sebagai komunitas pelakon pengembang estetika sampakan.

Para aktor secara luwes dan cair berimprovisasi dengan lakon yang mereka perankan di atas panggung. Di sisi lain GM dikenal sebagai seorang penulis-penyair yang rigid dengan kata. ”Memang ada sedikit kecanggungan saat memanggungkan naskah Mas GM dengan gaya khas Gandrik. Namun, sejak awal kami sudah kulo nuwun kalau memang akan ada sedikit gubahan di sana sini dari naskah agar pas dengan gaya sampakan,” kata Butet Kertaradjasa, pentolan Teater Gandrik. Lakon ini berkisah tentang keinginan Hasmi, penulis tua yang mulai ringkih, mengumpulkan para superhero ciptaannya.

Aquanos (manusia air), Pangeran Mlarr (manusia karet), Sun Bokong (manusia kera), Jin Kartubi, dan sang legenda, Gundala Putra Petir. Hasmi berkeinginan agar mereka kembali turun gunung, setelah lama menganggur. Kebetulan saat itu terjadi wabah petir yang meresahkan masyarakat. Melalui Pusat Pengerahan Tenaga Super Hero, Hasmi berharap para pahlawannya itu mampu mengungkap apa yang sebenarnya terjadi. Hasmi curiga jika wabah petir ini hanya menjadi pengalihan isu. Sebab, wabah petir terjadi bersamaan dengan aksi penggarongan besar-besaran di bank-bank milik negara.

Tidak dinyana, saat para superheroini berkumpul, mulai terjadi friksi di antara mereka. Bukannya saling bahu membahu menemukan solusi taktis mengungkap apa yang terjadi, mereka malah saling tuding. Jin Kartubi, Aquanus, dan Pangeran Mlarr menuduh Gundala terlibat dalam wabah petir. Sebab, sang superhero ini merupakan anak sang Petir. Tak terima tudingan ini, Gundala menyebut kawan-kawan seperjuangannya melakukan fitnah. Akibat wabah petir ini, dia dan sang istri, Sheda, justru sempat digeruduk warga. Mereka meminta pertanggungjawaban atas kematian anggota keluarga karena tersambar petir.

Padahal, berdasarkan klarifikasinya, Gundala mendapat jaminan sang Petir jika tidak ada kesengajaan menyebarkan wabah petir. Konflik antar-superhero ini menimbulkan kekecewaan mendalam bagi Hasmi. Harapan agar para superhero-nya mampu menjadi pahlawan masyarakat tampaknya sia-sia. Tak ingin larut dalam keputusasaan Hasmi pun memunculkan superhero baru bersandi Agen X-9. Dia digambarkan sebagai ahli kontra-intelijen, ahli senjata, hingga ahli bela diri. Yang lebih menarik, dia adalah seorang perempuan. Bahkan, Agen X-9 telah mempunyai informasi terkait dalang di balik wabah petir. Agen X-9 mengungkapkan, jika kelompok Harimau Lapar merupakan aktor di balik wabah petir.

Kelompok ini dipimpin oleh sang ketua besar. Agar bisa mengetahui agenda terselubung dari kelompok ini, Agen X-9 menyarankan agar superhero melakukan aksi penyusupan. Merasakan mendapatkan titik terang, akhirnya para superhero sepakat menyusup ke dalam kelompok Harimau Lapar. Ternyata, kemampuan superhero telah menurun tajam. Saat menyusup ke dalam tubuh kelompok Harimau Lapar, mereka melakukan kesalahan fatal yang membongkar kedok mereka.

Dengan mudah mereka pun tertangkap. Saat hendak dihabisi oleh anggota kelompok Harimau Lapar, sang Ketua Besar menawarkan kerja sama kepada mereka. Para superhero akan dibiarkan hidup jika mau ikut aksi perampokan bank negara. Merasa terdesak, dan berkeinginan menyusun kekuatan kembali, superhero akhirnya menerima tawaran ini.

Hasmi sebagai Hasmi

Teater Gandrik mementaskan lakon ini dengan prima. Aktor- aktor kawakan sekelas Susilo Nugroho (Gundala) dan Butet Kertaradjasa (sang Petir) mampu menghidupkan suasana. Celetukan-celetukan cerdas mereka kerap membuat tawa. Dipadu dengan kerancakan musik khas Djaduk Ferianto membuat sekitar 500 penonton yang memadati concert hall Taman Budaya Yogyakarta merasa betah. Padahal, pergelaran ini dipentaskan di hari kerja, Selasa (17/4) dan Rabu (18/4). Namun, yang menarik adalah keterlibatan E Harya Suraminata alias Hasmi dalam pertunjukan ini.

Butet menuturkan, saat pertama kali menulis naskah ini dua tahun lalu, GM membayangkan jika tokoh Hasmi diperankan oleh aktor lain. Tapi Butet berpendapat, kenapa tidak langsung mengajak Hasmi sendiri. Menurutnya, Hasmi selain penulis produktif, juga seorang pemain teater andal.
Share this article :

Post a Comment

Followers

 
Support : Pena Buku | Quran Template | aaaaaaaaaBuku
Copyright © 2011. Ala Emboh - All Rights Reserved
Template Modify by Harian Website
Proudly powered by Blogger